Alfiyah Nur Amaliyah
setelah berbagai teori mengenai Prolog BTS siapa yang "mati" dan siapa yang masih "hidup" kenapa tidak ada satupun pertanyaan mengenai :"mengapa" mereka mati satu persatu. apa alasan mereka melakukan aksi "bunuh-diri"?
kalau hanya karena perempuan lalu kenapa mereka mati satu persatu? apa mereka menyukai wanita yang sama? ataukah ada seperti "cinta segitiga" antara mereka yang menyebabkan ketika satu orang itu mati orang lainnya merasa kehilangan dan mengikuti jejak dan akhirnya membuat satu persatu merasa kehilangan karena orang yang disayanginya.
jadi siapa yang mati lebih dulu? dan membuat seseorang merasa kehilangan, dan membuat orang lain merasa kehilangan karena seseorang mati, dan membuat satu persatu merasakan kehilangan dan ingin melakukan aksi "bunuh diri"
dilihat dari MV ketika adegan Suga berada di atas kasur dan melihat ke arah sebelah tempat tidurnya, di sana terlihat adegan dia yang merindukan seseorang, dan siapa orang yang dirindukannya itu?
jadi si A mati karena si B, si B mati karena C, C mati karena D, dan D mati karena E. lalu siapakah A,B,C, D, dan E itu?

Alfiyah Nur Amaliyah
Kita hidup di planet yang dinamakan “Bumi”. Bumi merupakan planet yang memiliki kehidupan di dalamnya, bahkan mungkin satu – satunya planet yang ditempati oleh makhluk hidup. Sudah sejak lama mungkin sudah berjuta – juta tahun yang lalu bumi menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup. Bumi merupakan planet yang terletak di tempat ke 3 setelah matahari. Dan saat ini bumi kita sudah semakin panas karena pemanasan global atau Global Warming.
Pemanasan global atau Global Warming sudah menjadi masalah hangat yang dibicarakan. Seperti kita ketahui lingkungan hidup kita adalah segalanya bagi kelangsungan hidup kita. Bila terjadi masalah atau hal – hal yang mengganggu di lingkungan hidup kita, kita harus waspada. Mulai dari masalah kecil sampai masalah besar. Salah satu contoh masalah besar di lingkungan hidup kita adalah Global Warming. Global Warming sudah menjadi masalah yang serius bagi kita bersama sebagai penduduk bumi. Global Warming sudah menjadi masalah yang serius yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia di muka bumi.
Global Warming adalah meningkatnya suhu rata – rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata – rata global bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18˚C (1,33 ± 0,32˚F) selama seratus tahun terakhir. Menurut penelitian beberapa ilmuwan peningkatan suhu di permukaan bumi ini diakibatkan oleh oleh meningkatnya konsentrasi gas – gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca.  Kurang lebih sudah 30 badan ilmiah yang telah mengemukakan pendapat tersebut, walau ada beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan pendapat tersebut.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Efek rumah kaca merupakan hal yang paling bertanggung jawab dari Global Warming. Efek rumah kaca sebenarnya dibutuhkan oleh semua makhluk hidup yang ada di bumi untuk menghangatkan permukaan bumi, jika tidak ada efek rumah kaca permukaan bumi ini akan menjadi sangat dingin. Energi matahari yang berbentuk radiasi gelombang ketika sampai di permukaan bumi akan berubah menjadi panas yang akan menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya, namun karena menumpuknya gas rumah kaca (seperti uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan metana) radiasi gelombang tersebut terperangkap dalam permukaan bumi. Gas – gas tersebut menyerap panas yang seharusnya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi, akibatnya panas tersebut akan disimpan oleh permukaan bumi. Keadaan terjadi terus – menerus sehingga menyebabkan suhu rata – rata permukaan bumi menjadi meningkat tiap tahunnya.
Bahan bakar fosil merupakan salah satu penyebab terciptanya gas efek rumah kaca. Sisa pembakaran gas fosil seperti bensin telah menciptakan gas karbon dioksida yang telah merusak lingkungan kita. Meningkatnya penggunaan bahan bakar fosil akibat gaya hidup manusia menyebabkan meningkatnya gas karbon dioksida yang ada di permukaan bumi. Hutan yang seharusnya bertugas menetralisir gas karbon dioksida semakin berkurang setiap harinya. Akibatnya hutan tersebut tidak dapat menjalankan tugasnya dan karbon dioksida yang ada di permukaan bumi terus berada dipermukaan bumi dalam jumlah yang banyak.
Gas karbon dioksida ini sangat beracun dan dapat merusak lingkungan. Gas karbon dioksida ini dapat merusak ozon. Ozon merupakan lapisan permukaan bumi yang bertugas melindungi kita dari sinar ultra violet dan radiasi sinar matahari berbahaya lainnya. Ozon di permukaan bumi sudah semakin tipis, bahkan menurut penelitian lapisan ozon di permukaan bumi sudah berlubang.
Global Warming ini memiliki banyak dampak. Dampak dari Global Warming tersebut, antara lain :
·         Iklim mulai tidak stabil
·         Peningkatan permukaan laut
·         Suhu global cenderung meningkat
·         Gangguan ekologis
·         Dampak sosial dan politik (perubahan cuaca dan lautan serta pergeseran ekosistem)
Dampak Global Warming dari iklim yang tidak stabil akan menyebabkan gunung – gunung es mencair. Jika gunung – gunung es mencair volume air yang ada di permukaan bumi ini akan meningkat sehingga daratan – daratan yang ada di permukaan bumi akan tenggelam akibat gunung – gunung es yang mencair.
Saat ini sudah ada daerah es yang terkena dampak dari Global Warming, yaitu Greenland. Greenland adalah pulau yang terletak di negara Denmark, yang merupakan daerah yang ditutupi es terbesar kedua setelah Antartika. Saat ini keadaan pulau tersebut sangat mengkhawatirkan. Lapisan es tersebut mencair lebih cepat akibat kenaikan suhu laut dan udara. Salah satu tumpukan es di bagian timur laut yang diketahui mulai mencair sejak tahun 2003 baru – baru ini dikabarkan runtuh.
Laporan yang dimuat dalam jurnal Nature Climate Change edisi 16 Maret 2014 memaparkan hampir 10 miliar ton es hilang di bagian timur laut Greenland tiap tahunnya sejak tahun 2003. Padahal sisi itu dianggap paling stabil dan diprediksi tidak akan terpengaruh efek Global Warming. Peneliti iklim National Space Institute di Universitas teknik Denmark menyebutkan bahwa  kondisi tersebut adalah rekor terbaru di Greenland.
Akibat pencairan es skala besar ini, diperkirakan Greenland menyumbang sekitar 16 persen kenaikan permukaan air laut secara global. Ini semakin mengkhawatirkan karena bila seluruh volume es di Greenland meleleh total, permukaan laut global bisa naik hingga setinggi tujuh meter. Bisa dibayangkan, berapa pulau kecil yang akan hilang tersapu gelombang pasang ini.
Temuan ini memiliki dampak langsung ke wajah planet bumi di masa depan, meliputi perubahan iklim dan alasan di balik pencairan es di wilayah tersebut. Seperti yang kita ketahui, lapisan es Greenland yang sangat banyak itu akan berbahaya apabila mengalami pencairan dalam skala besar dan disebut – sebut memiliki potensi sebagai salah satu sumber bencana bumi di masa yang akan datang, lebih tepatnya beberapa abad dari sekarang. Bagi beberapa orang, es di Greenland saja memiliki cukup banyak es untuk menenggelamkan bumi.
Jika sudah seperti ini kita sebagai penduduk di bumi harusnya melakukan tindakan untuk menanggulangi Global Warming. Kunci utama untuk menanggulangi Global Warming adalah membatasi emisi karbon dioksida. Tehnik yang efektif untuk membatasi emisi karbon ada dua yakni mengganti energi minyak dengan sumber energi lainnya yang tidak mengemisikan karbon dan yang kedua penggunaan energi minyak sehemat mungkin.
Energi alternatif yang dapat digunakan diantaranya angin, sinar matahari, energy nuklir, dan panas bumi. Kincir angin dapt merubah energi angin menjadi energi listrik. Sinar matahari juga dapat dirubah menjadi energi listrik atau sumber panas yang bias dimanfaatkan seperti pemanas air, kompor matahari, dll. Energi panas bumi bisa dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik.

Selain membatasi emisi karbon dioksida, kita juga harus memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi agar dapat menyerap karbon dioksida lebih banyak sehingga karbon dioksida di permukaan bumi ini dapat berkurang dan Global Warming dapat dihentikan atau setidaknya dapat mengurangi Global Warming yang sudah terjadi di permukaan bumi ini.
Alfiyah Nur Amaliyah
@@@
Ku menatap mentari yang hadir di balik indahnya langit pagi. Menyambut diriku dengan segala keindahan dan senyumannya yang tiada akhir. Selalu tersimpan segala rahasia alam dibalik indahnya langit yang selalu mengawali hari ku ini. Tak pernah terungkap jelas segalanya dan tak ada seorang pun yang tahu segala rahasia yang ada di balik indahnya langit, kecuali sang pencipta. Begitu juga dengan dirinya. Sosok yang tak pernah bisa terungkap, yang kini sedang berdiri menatap langit indah. Entah tatapan apa yang ditunjukan olehnya. Mungkin itu adalah tatapan kebencian dan amarah, atau mungkin itu adalah tatapan kesepian dan kesedihan. Tak pernah terungkap olehku apa yang dia rasakan, walaupun dia telah hidup bersama kami selama sembilan tahun.
Angga Saputra. Teringat olehku sembilan tahun yang lalu ayah membawa seorang anak laki-laki ke rumah kami. Raut wajah ketakutan yang terlukis di wajah anak laki-laki itu, dan luka disekujur tubuhnya membuatku sangat kasihan dan merasa sedih. Kudekati dirinya dan mengajaknya untuk bersalaman, tapi dia hanya diam membisu seperti patung. Tak dianggapnya juluran tangan yang kuberikan padanya, dan dia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ayah bilang anak ini tidak bisa berbicara karena trauma yang dia alami setelah kejadian tragis yang menimpa kedua orang tuanya dan dua orang adiknya. Dia masih sangat kecil tapi harus menjadi sebatang kara tanpa satu orang pun keluarga yang dia miliki. Seluruh anggota keluarganya mati terbunuh oleh perampok yang menyusup ke dalam rumahnya. Hanya dia seorang yang tersisa. Orang tuanya adalah teman baik ayah, sehingga ayah mengambil keputusan untuk mengasuhnya sampai dia dewasa. Aku sangat senang mendengar berita yang ayah ucapkan itu. Akhirnya aku akan memiliki teman baru yang seumuran denganku.
Namaku Mentari Indah. Aku adalah anak ketiga dari tiga bersaudara—dengan kata lain aku adalah putri bungsu di keluarga ini. Saat aku masih kecil ayahku sering bercerita, ketika aku lahir ke dunia ini mentari bersinar dengan begitu cerah dan sangat indah sehingga ayah memberiku nama Mentari Indah. Ayah juga bercerita setelah aku lahir, aku seakan membawa kan cahaya kebahagiaan bagi keluarga ini. Bisnis ayah berjalan sukses dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar, oleh karena itu aku sangat disayang di keluarga ini terutama ayah. Ayah adalah orang yang sangat baik dan sangat disegani, baik dikeluargaku ataupun semua orang yang mengenalnya. Dia adalah pahlawan bagiku, dan aku sangat menyayanginya.
“Angga,” ku panggil Angga dari balik jendela kamarku. Dia menoleh dan hanya menyunggingkan senyumannya kepadaku. Setidaknya sejak kedatangannya itulah kemajuan yang terjadi pada dirinya. Dia sudah bisa tersenyum walau hanya pada diriku. Dia sudah bisa tersenyum pun aku merasa sangat bahagia. Aku selalu mencoba untuk menghilangkan luka yang dia alami, mencoba untuk menghiburnya, mencoba untuk menjadi teman untuk berbagi segala yang dia rasakan, dan mencoba untuk mengembalikannya seperti semula. Aku selalu ingin mendengar suara yang selama ini tidak pernah dikeluarkannya. Aku ingin mendengarkan segala cerita dan rahasia yang selama ini dia simpan sendiri. Aku harap suatu saat nanti dia akan membuka mulutnya dan menceritakan segala perasaan yang selama  ini dia alami, membagi segala kesedihan yang selama ini dia pendam.
Angga pun berlalu dari tempatnya berdiri. Aku yakin dia pasti menuju kamarnya. Dia hanya akan berada dalam kamarnya atau taman belakang jika tidak disuruh untuk melakukan suatu hal oleh mama ataupun kedua kakakku. Angga anak yang sangat baik, aku yakin itu walau dia tidak pernah mengatakan sepatah katapun. Dia selalu melakukan apapun yang dikatakan oleh semua orang yang ada di rumah ini. Dia juga sangat pandai, dia sering membantuku mengerjakan tugas-tugas sekolah ku walau tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Tapi sayang ayah tidak mengizinkannya masuk sekolah karena dia tidak bisa berbicara, jadi dia hanya berada di rumah. Aku yang merasa kasihan melihat nasibnya yang tidak bisa merasakan bangku sekolah membantunya untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang kudapatkan dari sekolah. Ternyata dia begitu cepat menanggapi segala pelajaran sekolah daripada aku.
Di rumah ini dia hanya dekat denganku. Dia tidak pernah mengeluarkan senyumannya pada siapapun kecuali diriku. Mungkin karena selama ini hanya aku yang berusaha mendekati dirinya. Dia selalu mematuhi apa yang aku katakan, dan selalu mengikuti apapun yang aku lakukan. Dia seperti bayangan diriku, tapi aku tidak pernah menganggapnya sebagai bayangan. Karena dia adalah temanku, teman dekatku. Sejak kecil ayah melarangku untuk bermain di luar karena kesehatanku yang kurang baik. Setidaknya ayah tidak menyuruhku untuk melakukan homeschoolling. Itu akan sangat menyebalkan bagiku, hanya berada di sekitar rumah ataupun rumah sakit. Angga adalah satu-satunya temanku. Teman yang selalu ada dalam keadaan apapun. Saat aku dirawat di rumah sakit dia yang akan menemaniku atau sekedar menghiburku dengan lukisan-lukisan yang dia buat. Dia sangat pandai melukis dan aku sangat iri padanya. Aku sama sekali tidak bisa melukis ataupun menggambar. Lukisan-lukisan Angga selalu terlihat hidup, tetapi terkadang lukisannya selalu penuh dengan rahasia dan misteri yang tak pernah terungkap. Aku yakin dia ingin mengatakan sesuatu dibalik lukisan-luksian yang selama ini dia buat.
Kutelusuri kakiku menuju kamar Angga yang terletak di lantai bawah. Kuketuk pintu kamarnya. Tak ada jawaban. Seperti biasa langsung kuputar gagang pintu kamarnya dan membuka pintu kamarnya. Kulihat Angga sedang duduk di depan meja belajar yang ada di kamarnya. Dia sedang melukis suatu lukisan yang sangat indah, dan seperti biasa penuh dengan tanda tanya. Hanya dirinya yang tau apa arti lukisan yang sedang dia lukis. Kupanggil dirinya dan mengajaknya untuk ke taman belakang. Aku akan mengajaknya untuk menyiram tanaman yang ada di taman dan memetik beberapa bunga yang ada di taman. Aku menyukai bunga, terutama bunga mawar yang berwarna merah, aku sangat menyukainya. Aku sangat menyukai warna merah.
Kulirik Angga yang berada di sampingku. Dia mengikuti apa yang aku lakukan. Seperti biasa. Kulihat dia sangat teiliti mencabuti duri-duri yang ada pada batang mawar merah tersebut, dan meletakkannya pada keranjang bunga.

***

Akhir-akhir ini banyak kejadian buruk yang menimpa keluargaku. Entah apa yang menyebabkan semua kejadian buruk yang menimpa keluargaku ini. Dimulai dari kakak pertamaku yang mengalami kecelakaan dan mengalami koma selama satu minggu. Saat ini Kakakku belum pulih sepenuhnya, dia masih membutuhkan istirahat total walaupun sudah dibolehkan pulang ke rumah. Kakinya digips.
Belum lama kakak pertamaku pulang ke rumah, kakak keduaku mengalami gangguan kejiwaan. Menurut dokter kakakku terkena setress sehingga menyebabkan dia mengalami gangguan kejiwaan. Ya, kakakku gagal masuk fakultas kedokteran. Itu adalah impiannya sejak dulu. Dia selalu berusaha dan belajar mati-matian demi meraih impiannya itu. dia termasuk murid yang pandai di sekolahnya. Tetapi, sekarang semua itu tinggallah kenangan. Saat ini kakakku ada di rumah sakit jiwa demi mendapatkan pengobatan yang intens.
Aku sangat sedih dengan keadaan kedua kakakku. Aku tak bisa melakukan apa-apa untuk mereka. Untunglah ada Angga. Dia selalu menghiburku disaat aku sedih. dia selalu berhasil menghilangkan kesedihan yang aku rasakan. Hanya Angga yang bisa melakukan itu.

***

###
Mereka pikir aku ini bodoh? Mereka pikir aku akan diam saja? Dan sekarang mereka rasakan balas dendamku. Aku akan menghancurkan mereka.
Selama ini aku membiarkan mereka bersenang-senang, tetapi sekarang sudah cukup. Waktu mereka untuk bersenang-senang sudah habis. Sekarang waktuku untuk membuat mereka merasakan semua sakit yang aku rasakan.
Aku menjalankan satu-persatu rencana yang telah kususun selama ini. Aku tidak sendirian seperti yang mereka pikir. Aku memiliki orang-orang terpercaya yang siap untuk membantuku menjalankan segala rencanaku. Mereka adalah orang-orang yang setia yang tidak pernah meninggalkanku. Merekalah yang telah mengatur segalanya untukku. Merekalah yang telah menjalankan segala rencanaku dengan begitu cantik dan rapih.
Semua yang aku lakukan tetap saja tak sebanding dengan apa yang dia lakukan. Tetap saja tidak bisa membalas segala rasa sakit yang aku rasakan. Tidak bisa menghilangkan semua dendam yang selama ini aku rasakan. Tapi setidaknya dia merasakan sedikit sakit yang aku rasakan.

***

@@@
Musibah yang menimpa kedua kakakku membuat ayahku begitu sedih dan menjadi lebih protektif terhadapku. Ayah takut kejadian buruk yang menimpa kedua kakakku juga menimpa diriku. Aku juga merasa sedikit takut.
Aku sedang berada di kamar Angga melihat dia mengayunkan kuas-kuasnya dengan begitu cantik. Goresan-goresan mulai tercetak di atas kanvas. Terlihat begitu indah walau sebenarnya sangat sederhana. Angga tiba-tiba menghentikan ayunan tangannya. Dia menghampiriku yang sedang duduk di atas tempat tidurnya. Seakan mengerti apa yang ku rasakan. Dia mengambil secarik kertas yang ada di dalam laci di samping tempat tidurnya dan menuliskan sesuatu di atasnya. Dia pun memberikannya kepadaku.
Kau tidak usah khawatir. Kau akan baik-baik saja. Tidak akan ada hal buruk yang menimpamu. Tidak akan ada yang berani menyakitimu. Karena aku akan mencegahnya. Aku akan melindungimu dari segala hal buruk yang berusaha menyakitimu ataupun yang membuatmu sedih. Aku akan menghancurkan semua yang berusaha menyakitimu ataupun membuatmu sedih. Aku berjanji.
Aku tertegun membaca kata-kata  yang ditulis Angga. Tiba-tiba saja Angga menarik tubuhku dan membawa tubuhku ke dalam pelukannya. Perasaan senang menjalari tubuhku saat Angga membawaku kedalam pelukannya. Dia mengusap rambutku dengan begitu lembut. Aku merasa begitu beruntung memiliki Angga. Aku merasa begitu nyaman di dekatnya. Aku merasa dilindungi olehnya.
Tahun ini adalah tahun terakhirku di SMA. Aku masih memikirkan rencanaku untuk kedepannya. Entah aku akan keluar kota untuk melanjutkan kuliahku atau aku kuliah di kota ini saja. Terlintas di benakku dengan masa depan Angga. Apa yang akan dia lakukan selanjutnya? Apa dia hanya akan di rumah ini selamanya tanpa melakukan hal lain? Atau ayah punya rencana lain untuknya. Semakin aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya membuatku semakin takut untuk jauh dan kehilangan Angga. Aku sama sekali tidak ingin kehilangannya. Aku ingin terus bersamanya. Aku sangat merasa nyaman selalu berada di sampingnya.
Aku bangun dari tempat tidurku, melangkahkan kakiku menuju sebuah ruangan. Kubuka gagang pintu tersebut dan terlihatlah seorang lelaki paruh baya yang sedang sibuk dengan laptopnya. Aku menghampirinya. Diapun mengangkat wajahnya yang sedari tadi selalu menatap laptop yang ada di hadapannya. “Ayah.”
Ya, dia adalah ayahku. Orang yang sangat aku sayangi dan begitu menyayangiku. Tulang punggung keluargaku. Pelindung keluargaku. Orang yang begitu berarti bagi kami semua. Segalanya dia lakukan untuk kami, terutama aku. Segalanya dia lakukan untukku. Segalanya dia korbankan untukku. Aku tidak seperti anak-anak lainnya yang memiliki kesehatan yang bagus. Aku adalah anak penyakitan. Tapi ayah begitu menyayangiku. Segala yang aku inginkan akan menjadi kenyataan karenanya.
“Ayah.” Aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang.
“Sayangku. Ada apa?”
“Tidak papa. Aku hanya merindukan ayah.”
Ayah bangkit dari tempat duduknya dan membalas pelukanku. “Katakanlah. Ada apa? Pasti ada sesuatu.”
Aku terdiam sesaat. Memikirkan hal-hal yang mengganjal dalam fikiranku, “Sebentar lagi aku dan Angga akan dewasa. Aku akan masuk universitas. Lalu bagaimana dengan Angga?”
“Tidak usah kau fikirkan itu semua. Ayah sudah punya rencana untuknya. Fikirkanlah masa depanmu. Pilihlah universitas bagus mana saja yang kau suka.”
“Baiklah yah.”
“Kembalilah ke kamarmu, ayah masih harus menyelesaikan pekerjaan ayah,” ayah mencium keningku. Aku pun pergi meninggalkannya. Tapi ayah mengatakan sesuatu sebelum aku keluar dari ruang kerjanya yang membuatku bertanya-tanya. ‘Mentari, ayah rasa kau jangan terlalu dekat dengan Angga’. Apa maksud dari ucapan ayah?

***

Hari-hariku berjalan seperti biasa. Tak ada hal buruk yang menimpaku. Aku rasa itu semua karena Angga. Ya, aku begitu merasa tenang karena ucapan Angga —oke, mungkin lebih tepatnya tulisan yang dia tulis—. Saat ini Angga adalah pelindungku. Saat aku tidak melihatnya aku tidak akan merasa tenang, aku akan begitu gelisah. Dan semua itu tidak akan berakhir sebelum aku melihat senyuman di wajahnya.
Aku telah memutuskan pilihanku. Aku akan masuk universitas yang ada di kota ini. Aku tidak ingin jauh dari keluargaku, terutama aku tidak ingin jauh dari pelindungku —Angga—. Aku benar-benar tidak bisa lagi jauh darinya. Dia begitu berarti bagi hidupku.Ya dia sudah menjadi segalanya bagiku. Walau aku tidak tau apa artiku baginya.
Aku sudah mempersiapkan daftar universitas yang akan kupilih untuk memberikannya kepada ayah. Semua universitas yang kupilih tidak jauh dari rumah, jadi aku tidak perlu mencari tempat kost. Dengan riang kulangkahkan kakiku ke arah ruang kerja ayah. Sesampainya di sana ayah menyambutku seperti biasa. Dia memberikanku sebuah map.
“Ayah sudah mengatur semuanya. Kau tinggal masuk saja dan belajar di sana dengan baik,” ayah tersenyum kepadaku.
Aku kecewa. Ayah telah memilihkan universitas untukku. Dan itu berada di luar kota. Aku berusaha menolak halus keinginan ayah, “Tapi yah... Mmm... Bagaimana dengan kontrol rutinku?” aku mencoba mencari alasan untuk mengubah fikiran ayah.
“Tenang sayang. Ayah telah mengatur semuanya. Mulai dari tempat tinggal, supir, dan rumah sakit untuk kontrol rutin.”
Sepertinya sudah tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan ayah. Aku tidak mungkin menolak keinginan ayah. Aku benar-benar akan berpisah dengan Angga. Lalu bagaimana dengan masa depan Angga selanjutnya? Pertanyaan itu selalu terngiang setiap harinya tanpa henti. Apakah aku bisa selalu bersama Angga walaupun aku akan kuliah di luar kota. Aku sungguh tak tau harus melakukan apa-apa. Aku benar-benar tak ingin jauh darinya.
Setelah keluar dari ruang kerja ayah, aku melangkahkan kakiku ke kamar Angga. Dan seperti biasa disetiap aku mencarinya dia pasti sedang bermain-main dengan kuas, cat air, dan kanvasnya. Aku langsung duduk di tempat tidurnya. Aku tidak ingin mengganggu dunianya. Aku merasa sedikit lelah dan mengantuk. Akupun memilih untuk berbaring di tempat tidur Angga. Aku memejamkan mataku untuk menghilangkan rasa lelah dan mengantuk yang aku rasakan.
Aku terbangun dari tidurku saat merasakan ada sebuah tangan yang mengusap lembut rambutku. Aku tak ingin membuka mataku. Aku ingin tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebuah kecupan mendarat di keningku. Aku merasa senang, tetapi berbagai pertanyaanpun berputar di dalam otakku. Apa sebenarnya yang Angga rasakan terhadapku? Apa sebenarnya arti ini semua? Apa Angga merasakan apa yang aku juga rasakan? Aku merasakan tubuh Angga ikut berbaring di tempat tidur ini. Dia terus mengusap lembut rambutku. Aku terbuai, dan kembali kedalam tidurku.

***

###
Hampir saja aku ingin berhenti sampai di sini untuk membalaskan dendamku. Aku rasa kau sudah cukup mendapatkannya setelah dua orang anakmu menjadi sasaran rencanaku. Tapi kau telah merubah fikiranku. Kau merusak pengampunanku. Kau membuatku marah. Aku tak akan pernah memberikanmu pengampunan atau kesempatan lagi. Kau telah berusaha memisahkan aku dengannya. Dengan orang yang begitu aku sayang dan aku cinta. Dengan orang yang telah memberikanku semangat. Dengan orang yang menjadi alasanku untuk mencoba memaafkanmu.
Tapi sepertinya kesempatan itu kau sia-siakan begitu saja. Aku tidak akan memberikanmu kesempatan lagi. Aku tidak akan pernah membiarkanmu memisahkan aku dari orang yang sangat berarti bagiku. Aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Dia adalah milikku dan tak akan pernah ada orang yang bisa memisahkan aku darinya.
Aku tidak boleh membuang-buang waktuku. Aku sudah terpisah jauh dari orang yang begitu berarti bagiku dan itu membuatku sangat tersiksa. Walaupun itu barulah beberapa hari. Aku akan mengembalikannya ke sini. Kedalam pelukanku. Dan kau tidak akan pernah lagi bisa memisahkan aku dengannya. Tidak akan bisa.
Kau pikir aku tidak tau kejadian sembilan tahun lalu yang menimpa keluargaku. Kaulah yang membunuh semua keluargaku. Kaulah dalang dari semuanya. Kau juga yang telah menyebabkan aku tidak bisa berbicara untuk beberapa waktu lamanya. Tapi tanpa kau ketahui aku telah mendapatkan suaraku. Orang-orang setia ayahku telah membantuku. Mereka yang telah menjalankan segala rencana yang telah aku atur. Mereka yang telah membantu aku sedikit demi sedikit mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku. Harta ayahku. Kau pikir bisa dengan mudah menguasainya? Kau salah! Kau salah besar! Selama aku masih ada di dunia ini kau tidak akan pernah mendapatkannya! Itu adalah milikku. Dan kau tak berhak menyentuhnya. Itu bukan milikmu! Dan hanya karena itu kau membunuh semua keluargaku. Kau membuat aku menjadi sebatang kara tanpa satu orangpun. Membiarkan aku hidup hanya untuk mengambil seluruh hartaku sepenuhnya dan kemudian membunuhku. Itu tak akan pernah terjadi! Karena aku tak sebodoh yang kau fikirkan.
Besok aku akan menjalankan rencanaku. Aku tidak ingin menunda-nunda waktu yang ada. Aku tak ingin lebih lama jauh dari satu-satunya orang yang menjadi alasanku untuk tetap hidup sampai saat ini. Waktumu sudah habis.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Ini sudah waktunya. Dan sesuai dengan rencana. Dia masih ada di kantornya sibuk mengerjakan pekerjaannya. Nikmatilah. Karena itu akan menjadi pekerjaan terakhir yang kau lakukan.
Segalanya telah siap untuk menjalankan rencana yang selama ini ku tunggu-tunggu. Lampu pun padam. Dia pun mulai berteriak-teriak mencari bantuan. Dan saat lampu kembali menyala, aku melihat dengan jelas di depan wajahku raut wajahnya yang terkejut. Aku tersenyum di hadapannya. Senyuman paling manis yang pernah aku miliki. Kemudian aku pun mengangkat pistol yang ku pegang sejak tadi, dan memberikannya seringaian kejam. Dia terlihat takut.
“Kau. Apa yang sedang kau lakukan? Mau apa kau dengan pistol itu?”
“Aku? Aku hanya ingin bermain-main.”
“Kau sudah bisa bicara?” kulihat raut wajah terkejut dan takut di wajahnya.
“Ya. kenapa? Kau terkejut?”
“Apa maumu?”
“Mauku? Aku ingin membalaskan dendamku. Dendam atas kematian keluargaku!”
“A... apa yang kau bicarakan?”
“Tak usah berpura-pura bodoh! Kau pikir aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi?! Jangan kau pikir aku bodoh! Aku tau semuanya!”
“A... aku tak mengerti apa yang kau katakan.”
“Kau yang telah merencanakan pembunuhan keluargaku sembilan tahun yang lalu. Kau yang telah membuatku menjadi sebatangkara. Kau yang telah tega membunuh kedua orang tuaku dan adik-adikku demi harta keluargaku.”
Dia berlari dari tempatnya. Berusaha melarikan diri dariku. Tapi itu semua percuma. Dua orang anak buahku sudah siap di depan pintu dan menghadangnya. Aku berjalan mendekatinya. Wajahnya penuh dengan ketakutan. Keringat dingin mengalir dari keningnya.
“Mau lari kemana kau? Kau tak akan bisa melarikan diri lagi dariku. Waktumu sudah habis. Tidak akan ada lagi kesempatan untukmu. Kau telah menghancurkan kesempatan yang telah kuberikan dengan menjauhkanku dari orang yang sangat penting bagiku.”
“Apa maksudmu?”
“Kau tau apa maksud perkataanku. Kau tau siapa yang aku maksud. Dan sekarang sudah saatnya kau menemui ajalmu--”

***

@@@
Aku sungguh tak percaya apa yang telah terjadi pada ayahku. Dia telah meninggalkan kami semua. Aku masih tak percaya ayahku mati karena bunuh diri. Tidak mungkin dia tega meninggalkan aku dengan cara seperti itu. hatiku sungguh hancur melihat pemakaman ayah. Air mataku sungguh tak bisa berhenti mengalir. Bagaimana nasib keluargaku nanti. Bagaimana nasibku, mama, dan kedua kakakku tanpa ayahku. Aku benar-benar tidak percaya ini semua terjadi kepada keluargaku.
Kurasakan sebuah tangan melingkar di pundakku. Seakan-akan memberikan sebuah kekuatan kepadaku. Kutolehkan kepalaku melihat siapa orang yang telah merangkulku. Angga. Dia tersenyum kepadaku, memberikanku kekuatan.
“Ka... kau pasti kuat Mentari.”
Aku terkejut mendengar suara itu. Angga sudah bisa berbicara. Apa aku tidak salah mendengarnya. “Apa baru saja kau bicara padaku?”
“Hmm...” dia kembali memberikan senyum termanisnya kepadaku.
Aku memeluknya. Sungguh aku masih tak percaya dia benar-benar sudah bisa berbicara. Selama sembilan tahun aku ingin sekali mendengar suaranya, dan saat ini aku telah mendengar suaranya.
“Kau tidak perlu khawatir. Aku akan melindungimu. Aku akan melindungi keluargamu.”
Angga memelukku. Dia benar-benar telah membuat hatiku merasa tenang. Kini tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan tanpa ayahku. Angga ada di sini. Angga akan melindungiku. Dia akan melindungi keluargaku. Aku sungguh-sungguh sangat senang.

***

###

Aku sudah mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku sudah membalaskan dendamku selama ini. sudah tak ada lagi yang bisa menghalangiku memilikinya. Tak ada lagi yang bisa memisahkan aku dengannya. Tak ada yang bisa. Karena aku akan menghancurkan siapapun yang berusaha memisahkan aku dengannya. Aku tidak akan memaafkan orang-orang yang berusaha menyakitinya.
Alfiyah Nur Amaliyah
Suatu petaka bertemu laki-laki seperti dia. bagaikan mimpi buruk yang begitu menakutkan sampai-sampai aku tidak bisa terbangun dari mimpi buruk itu. Ah! Begitu sial hidupku saat ini harus bertemu laki-laki yang seperti iblis itu, apalagi aku harus selalu berada di sampingnya. Bagaimana bisa aku melakukan kesalahan sebodoh itu sampai akhirnya hidupku menjadi begini. Bodoh, bodoh, bodoh! Nazla bodoh! Sekarang apa yang harus ku lakukan.

***

Dia selalu terlihat tampan dalam keadaan apapun. Senangnya bisa melihat dia terus seperti ini. Andaikan saja aku bisa menjadi kekasihnya, pasti aku akan menjadi orang yang paling beruntung dan paling bahagia di dunia ini. bagaikan menjadi putri di negeri – negeri dongeng.
Aku termenung terlalu dalam sampai-sampai aku tidak mendengar guruku memanggil namaku. Guruku menyuruhku mengerjakan soal kimia yang ada di papan tulis. Mati aku! Aku tidak mengerti apa-apa. Aku menunduk malu karena tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Akhirnya aku mendapatkan semburan kata-kata pedas dari Bu Anna, guru kimiaku. Dia pun membahas nilai ulanganku yang tidak pernah mendapatkan nilai 8.
Menyebalkan sekali Bu Anna. Dia pikir soal kimia itu mudah. Bagaimana bisa aku mendapatkan nilai 8 jika soal yang dia buat membuat otak para pelajar hampir pecah mengerjakannya. Menyebalkan! Mengganggu mimpiku saja!
Wah tampannya Randy. Dia selalu berhasil menghilangkan segala rasa kesal yang ada di dalam diriku. Begitu mempesona. Ingin rasanya duduk di sampingnya, memegang tangannya itu.
Sandra, teman baikku pun menghampiriku dan menanyakan perihal yang terjadi tadi. Aku tidak memperdulikan apa yang Sandra sedang katakan. Aku tetap terfokus pada Randy. Laki-laki yang sangat aku sukai sejak pertama kali masuk ke sekolah. Sandra yang merasa tak didengar olehku merasa sedikit kesal, dan merasa ingin tahu apa yang sedang ku perhatikan sejak tadi sehingga membuat aku mengacuhkannya. Diapun tertawa melihat aku yang sedang memperhatikan Randy. Dia memberikanku saran untuk mengungkapkan perasaanku kepada Randy. Bagaimana bisa aku mengungkapkannya begitu saja kepada Randy. Bisa bisa aku salah bicara kepadanya. Sandra pun mulai berfikir memikirkan sesuatu. Semoga saja dia bisa menemukan suatu ide untuk membantu aku bersatu dengan Randy. Senangnya. Membayangkannya saja sudah membuatku begitu senang, apalagi kalau sampai hal tersebut terjadi menjadi kenyataan.
Sandra mulai tersenyum cerah. Aku rasa dia sudah mendapatkan ide yang bagus. Dan ternyata benar. Sandra menyuruhku untuk membuat surat cinta untuk Randy, dan aku akan memberikannya langsung kepada Randy. Senangnya aku mendengar ide bagus Sandra. Aku langsung memeluknya erat sambil mengucapkan terima kasih. Sudah tidak sabar rasanya untuk menulis surat cinta untuk Randy. Akan kubuat sebagus mungkin, akan kuungkapkan semua isi hatiku selama ini yang terpendam untuknya.

***

Rasanya pagi ini terlihat sangat cerah sekali, membuatku sangat semangat untuk datang ke sekolah. Surat yang ada di tanganku ini akan mengubah segalanya, menjadikan hari-hari ku lebih bahagia dan lebih berwarna. Aku tidak tahan menahan rasa bahagia ini, membuatku ingin mendendangkan nada-nada indah. Nada-nada yang sangat indah sekali.
Kulewati koridor sekolah dengan senyuman manis di wajahku. Tak henti-hentinya aku melihat senang dan menciumi amplop yang berisi surat cinta yang telah ku tulis semalaman. Tiba-tiba saja Sandra menarik tanganku membuatku berjalan mengikuti langkah kakinya. Dia menujukkan jarinya ke arah seseorang, seseorang yang sangat aku kenali. Itu Randy! Dia sedang menuju toilet laki-laki. Aku harus segera memberikan surat ini! aku berlari menuju toilet laki-laki dan berdiri didekatnya. Jantungku mulai berdegup cepat, aku sangat gugup. Kulihat Randy sedang berjalan keluar toilet, aku segera bersiap-siap berdiri di dekat toilet. Aku menundukkan kepalaku dan menjulurkan tanganku yang memegang surat tadi. Namun saat aku mengangkat kepalaku, aku terkaget setenah mati. Aku salah memberikan surat tersebut. Ternyata yang lewat dihadapanku bukanlah Randy. Aku langsung meminta maaf dan berlari meninggalkan laki-laki tersebut. Mati aku, mati aku! Sandra menarik tubuhku saat aku berlari di depannya.
Nazla, Nazla! Kenapa kamu bisa sebodoh itu! salah memberikan surat cinta keada orang lain. Ini sangat memalukan. Bagaimana bisa yang keluar itu bukan Randy. Aku sangat yakin yang kulihat tadi adalah Randy yang akan keluar dari toilet. Sandrapun merutuki kebodohanku yang salah memberikan surat cinta kepada orang lain. Kemudian dia menanyai surat yang akan ku berikan kepada Randy. Aku melihat tanganku yang kosong tak memegang surat itu. Ya! surat itu hilang! Kemana surat yang sedari tadi aku pegang itu! Hancur sudah harapanku. Yang lebih parah lagi kalau sampai ada orang lain yang menenemukannya dan membacanya, kemudian menyebarkannya satu sekolah. Bisa hancur masa depanku di sekolah ini. Aku bisa menanggung malu yang sangat besar bahkan sampai nanti aku lulus dari sekolah ini. Oh tidak!
Aku berlari kembali menuju toilet laki-laki meninggalkan Sandra sendirian, dan mencari surat cintaku. Aduh, bagaimana ini. Tidak ada dimana-mana surat itu. Tiba-tiba saja Randy menghampiriku. Jantungku berdegup cepat saat Randy menghampiriku dan menanyai apa yang sedang ku lakukan. Aku sangat senang saat Randy menanyaiku, dan hampir saja aku menjawab sedang mencari surat cinta untuknya. Aku langsung menutup mulutku dan mengatakan tidak ada apa-apa. Aku kemudian berlari meninggalkan Randy.
Bagaimana ini surat cintaku belum kutemukan. Aku harus mencarinya kemana lagi. ku harap surat itu sudah berada di tempat sampah yang sedang dibawa petugas kebersihan sekolah ke tempat pembakaran sampah. Aku mulai mengelus-elus dadaku mencoba menenangkan diriku dan mencoba berfikiran positive tentang keberadaan surat cintaku itu. Namun tiba-tiba saja ada seorang laki-laki yang menggeprak mejaku dan membuatku terkaget. Terlihat sepucuk amplop yang sangat aku kenali. Itu surat cintaku! Aku menjulurkan tanganku mencoba mengambil surat itu, namun secepat kilat juga tangan laki-laki itu mengambil kembali surat cintaku. Aku mengangkat kepalaku untuk melihat siapa laki-laki yang menemukan surat cintaku tersebut. Seringaian kejam terlukis di wajah laki-laki itu. Satria Angkasa Pratama. Laki-laki kejam yang menjadi incaran wanita-wanita yang ada di sekolah ini. Bagaimana bisa surat cintaku ada padanya.
Aku mencoba mengingat-ngingat kejadian yang terjadi di toilet tadi. Aku mencoba mengingat wajah laki-laki yang kuberikan surat cintaku. Dan aku baru tersadar laki-laki tersebut adalah Satria. Aku mulai tersenyum yang dipaksakan kepadanya dan mencoba mengambil suratku dari tangannya. Namun semuanya hanya sia-sia, aku gagal merebutnya. Dan dari sinilah mimpi burukku dimulai.

***

Aku sangat lelah berada di samping laki-laki iblis itu. dia sudah merampas hak kemanusiaanku. Hidupku sudah hancur. Bagaimana caranya aku terlepas dari iblis ini. Dia selalu memaksaku melakukan hal-hal yang tak kuinginkan. Mulai dari mengerjakan PR nya, membelikannya makanan, mengikutinya kemanapun dia pergi, memijatnya, dan masih banyak lagi yang harus ku lakukan.
Dan sekarang aku baru pulang ke rumah karena iblis itu. Lihat! Jam berapa sekarang? Sudah hampir jam 9 dan aku harus pulang ke rumah sendirian. Dasar laki-laki kejam, tak berperikemanusiaan, tidak punya hati! Bagaimana bisa seluruh wanita yang ada di sekolahku menyukai iblis kejam ini. Apakah mata mereka sudah buta. Dan besok aku masih harus mengikutinya dan teman-temannya yang memiliki wajah wajah mesum! Rasanya lebih baik aku mati daripada harus terus-terusan seperti ini.
Mataku sudah lelah sekali karena seharian harus menulis PR si iblis itu. aku sudah tak tahan menahan beratnya mataku ini. aku sangat mengantuk. Lebih baik sekarang aku tidur.

***

Mati aku! Aku terlambat bangun. Aku bisa terkena siksaan yang lebih kejam lagi ini. aku berlari sekuat tenaga ku menuju taman bermain yang kemarin Satria katakan kepadaku. Kucari dia dan akhirnya aku menemukannya. Aku berlari menujunya namun tiba-tiba saja langkahku terhenti. Tunggu dulu apa yang barusan kulihat? Satria tersenyum manis melihat anak kecil. Tampan sekali, sepertti seorang malaikat. Rasanya dirinya menjadi bersinar cerah. Apa dia benar-benar Satria Angkasa Pratama? Ataukah dia adalah kembaran Satria?
Kudekati Satria dan kusentuh bahunya. Dia berbalik menghadap ke arahku. Terlihat kembali wajah kejamnya seperti biasa. Dia benar-benar aneh. Tapi kemana teman-temannya? Kenapa hanya ada dia seorang? Bukankah dia bilang akan ada teman-temannya? Satria pun menarik tanganku menuju ke salah satu wahana yang ada di taman bermain ini. Dia membeli 2 lembar tiket wahana permainan kincir angin. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sebenarnya sedang dia rencanakan? Mengajakku naik kincir angin, kemudian dia akan mendorongku dari atas sanakah? Wajahku mulai pucat pasi membayangkan apa yang akan terjadi padaku.
Aku terdiam di depan pintu masuk kincir angin. Satria mulai membentakku menyuruhku untuk segera masuk. Aku masuk ke dalam kincir angin dan hanya duduk terdiam seperti patung. Kincir angin mulai berputar. Aku hanya menundukkan kepalaku. Jantungku mulai berdegup cepat, wajahku menjadi sangat pucat membayangkan apa yang akan terjadi padaku beberapa saat lagi. Beberapa menit telah berlalu, tidak terjadi apa-apa padaku. Aku mulai memberanikan diri mengangkat kepalaku dan melihat iblis tersebut yang berada di depanku. Dia kembali tersenyum manis sambil melihat pemandangan yang ada di bawah sana. Oh Tuhan! Kenapa tiba-tiba iblis ini terlihat seperti malaikat? Kenapa tiba-tiba dia membuatku terpesona? Rasanya ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan di dalam hatiku, rasanya sangat tenang sekali melihatnya tersenyum seperti itu.

***

Setelah kejadian di taman bermain, Satria benar-benar berubah. Dia tidak sekejam seperti sebelumnya. Entah mengapa dia berubah seperti itu. Dia sudah jarang menyiksaku —bukankah seharusnya aku senang? Itu artinya sebentar lagi aku akan terbebas dari segala penyiksaan yang selama ini menimpaku. Namun bimbang menyergap hatiku. Seperti perasaan aneh yang selalu meliputi hatiku semenjak Satria berubah. Entah perasaan aneh apa yang selalu meliputi hatiku ini. Sedih dan kecewa, tetapi bukankah seharusnya perasaan senang?
Aku berjalan menyusuri koridor sekolah. Berjalan sendiri dengan perasaan yang tak menentu. Aku mulai tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Di tengah langkah kakiku yang begitu lemah, tiba-tiba saja ada seseorang yang menarik tanganku. Aku yang tak sempat melawan terpaksa mengikuti langkah kaki orang yang menarikku. Setelah berhenti di suatu tempat aku mulai memperhatikan wajah orang yang menarikku. Dia tidak sendiri. Ada beberapa orang yang mengikuti kami dari belakang. Mau apa mereka?
Dengan kasarnya orang yang menarik tanganku —Rina— mendorong tubuhku ke tembok. Dia berbicara kasar dan membawa nama Satria. Hei, di sini aku adalah korban dari Satria bukan oknum yang menggoda Satria. Dengan seenaknya mereka menganggap aku seperti itu tanpa tau kenyataaannya. Aku ingin mengatakan kenyataan yang sebenarnya, tapi —sudahlah tak usah kukatakan. Setelah puas mereka pun meninggalkan aku sendirian.
Aku tetap menjadi pelayan Satria sampai saat ini. aku tetap berada di sekitar dia dan teman-temannya untuk melayani mereka. Entah kapan mereka akan puas menyiksaku dan membebaskan aku. Aku menyusuri trotoar dan berhenti di depan zebracross. Jalanan begitu sepi. Tidak ada penyebrang jalan selain aku. Lampu lalu lintas pun menunjukkan warna merah. Akupun melanjutkan langkah kakiku menyebrangi jalanan untuk menuju minimarket yang berada di sebrang. Namun tiba-tiba—

***

Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku berwarna putih. Dimana aku? Ahhh..., aku merasakan sakit di bagian kepalaku. Kenapa aku? aku mengangka tangan kananku untuk memegangi kepalaku yang terasa sakit, tapi tanganku seperti ditahan sesuatu. Aku melirik ke arah tanganku, dan kulihat seseorang sedang tertidur sambil memegagi tanganku. Ku perhatikan dengan jelas wajahnya, dan Astaga aku tak percaya dengan yang kulihat saat ini. apakah aku bermimpi?
Aku mencoba menarik tanganku, tetapi malah membuat orang itu terbangun dari tidurnya. Dia langsung bangun setelah mengetahui aku telah sadar. Dia terlihat gugup. Dia bergegas melangkahkan kakinya. “Satria!” akupun memanggilnya. Langkahnya terhenti.
“Ada apa?” jawabnya ketus tanpa melihat ke arahku.
“Sebenarnya aku kenapa?”
“Ada orang yang berusaha mencelakaimu” Satria pun akhirnya membalikkan tubuhnya dan kembali duduk di dekatku. Dia menceritakan segala kejadian yang telah kualami.
Ruanganpun kembali sunyi setelah Satria selesai menceritakan ceritanya. Tak ada satupun dari kami yang berbicara. Satria pun kembali bangun dari tempat duduknya. Akupun akhirnya mengucapkan pertanyaan yang sedari tadi aku pendam, “Lalu apa yang sedang kau lakukan tadi?”
“Aku hanya tertidur,” jawabnya.
“Sambil memegang tanganku?”
“Ya.”
Jawaban singkatnya membuat aku kesal. “Kenapa kau seenaknya memegang tanganku?”
“Karena aku menyayangimu,” jawabnya lagi tanpa muka datar dan kata-kata yang begitu jujur.
“Hei! Apa kau sedang bercanda dan berusaha mengerjaiku?” aku tertawa renyah. Tapi Satria hanya diam.
“Ya sudah kalau kau tidak percaya. Tidak papa.”
Satriapun kembali melangkahkan kakinya menuju pintu. Dan langkahnya kembali terhenti saat aku kembali berbicara, “Apa arti semua ini? aku sungguh tidak mengerti apapun.”
“Aku menyayangimu sejak aku pertama kali melihatmu. Dan aku melakukan semuanya selama ini hanya ingin tau kenapa aku bisa menyayangimu.”
Aku terdiam. Masih tidak percaya dengan kata-kata yang diucapkan Satria. Mungkin aku hanya berada dalam mimpi. Aku pun mencubit tanganku. Auuu! Sakit. Itu artinya ini kenyataan.
“Hei! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mencubit tanganmu?” Satria terlihat panik.
“Aku hanya ingin tau apakah aku bermimpi atau ini memaang benar-benar kenyataan,” jawabku dengan jujur.

Satria menarik tubuhku dan membawanya dalam dekapannya, “Kau bodoh sekali Nazla! Ini kenyataan! Dan memang seperti itu kenyataannya,” ucapnya sambil memeluk tubuh lemahku. Dan aku mulai percaya bahwa ini memang benar-benar kenyataan yang sesungguhnya. Ini bukanlah mimpi.